Perayaan-Perayaan Aneh di Jepang yang Tidak Ada di Negara Lain!

Perayaan-Perayaan Aneh di Jepang yang Tidak Ada di Negara Lain!
Perayaan-Perayaan Aneh di Jepang yang Tidak Ada di Negara Lain! (Foto: Pixabay)


ANIMEBLOG.BIZ.ID - Jepang bukan cuma dikenal karena teknologi canggih, budaya kerja keras, atau kuliner lezatnya. Negeri sakura ini juga punya sisi unik yang bikin banyak orang tercengang, terutama saat bicara soal tradisi dan perayaan. Di balik citra modern dan serba tertib, Jepang ternyata menyimpan banyak festival aneh, unik dalam arti sesungguhnya, yang bahkan tidak bisa kamu temukan di negara lain.

Beberapa perayaan ini mungkin bikin kamu terheran-heran, tertawa, atau justru kagum karena keberaniannya menjaga warisan budaya. Tapi yang pasti, tiap festival punya makna mendalam dan jadi bagian dari identitas masyarakat Jepang. Yuk, kita bahas lebih dalam tentang perayaan-perayaan aneh di Jepang yang nggak akan kamu temui di belahan dunia mana pun.

1. Kanamara Matsuri – Festival Penis Besi

Salah satu festival paling nyentrik dan bikin geleng-geleng kepala adalah Kanamara Matsuri, atau lebih dikenal sebagai Festival Penis. Diselenggarakan setiap awal April di Kawasaki, festival ini awalnya berasal dari legenda kuil Kanayama. Konon, seorang wanita dikutuk oleh roh jahat yang bersembunyi di dalam organ kewanitaannya dan menggigit alat vital pasangan-pasangannya.

Untuk mengusir roh itu, ia meminta bantuan dari pandai besi yang kemudian membuat penis besi sebagai jebakan. Roh jahat berhasil dikalahkan, dan sejak saat itu, orang-orang percaya bahwa kuil Kanayama bisa memberi perlindungan dari penyakit menular seksual dan kesuburan. Kini, festival ini menjadi parade besar dengan patung-patung penis raksasa yang diarak keliling kota, lengkap dengan permen dan suvenir berbentuk alat kelamin pria.

Walaupun terlihat aneh dan vulgar di mata turis, festival ini sebenarnya mengusung pesan serius tentang pendidikan seks, kesehatan reproduksi, dan pengumpulan dana untuk penelitian HIV/AIDS.

2. Naki Sumo – Festival Bayi Menangis

Kalau biasanya orang tua akan segera menenangkan bayinya yang menangis, tidak demikian halnya dalam Naki Sumo Festival. Justru di festival ini, bayi-bayi sengaja dibuat menangis oleh pegulat sumo profesional! Diselenggarakan di berbagai kuil Shinto, salah satunya di Kuil Sensoji di Tokyo, festival ini punya tujuan yang dianggap mulia: mengusir roh jahat dan membawa kesehatan serta keberuntungan bagi sang bayi.

Dua bayi diangkat secara bergantian oleh pegulat sumo, dan siapa yang menangis lebih keras atau lebih dulu, dianggap sebagai pemenangnya. Terkadang, pendeta juga ikut meneriakkan mantra atau membuat suara menyeramkan agar bayi menangis. Meskipun terdengar sadis, perayaan ini dirayakan dengan sangat serius oleh para orang tua, bahkan ada yang datang dari kota lain demi mengikuti tradisi ini.

3. Hadaka Matsuri – Festival Telanjang

Siapa bilang Jepang negara yang pemalu? Di Hadaka Matsuri alias Festival Telanjang, ribuan pria hanya mengenakan cawat (fundoshi) putih dan berlarian di tengah suhu dingin untuk berebut benda suci yang dilemparkan oleh pendeta kuil.

Festival ini biasanya diadakan di Kuil Saidaiji di Okayama setiap Februari. Objek yang diperebutkan disebut shingi, sebuah tongkat kayu kecil yang dianggap membawa keberuntungan bagi siapa pun yang berhasil menangkapnya. Karena peserta saling dorong dan saling tindih tanpa banyak pakaian, suasana menjadi sangat kacau dan penuh semangat.

Buat kamu yang ingin menyaksikan langsung, bersiaplah melihat pemandangan pria-pria Jepang dari berbagai usia yang berkeringat dan berteriak tanpa rasa malu.

4. Hōnen Matsuri – Festival Kesuburan

Jika Kanamara Matsuri merayakan bentuk penis, maka Hōnen Matsuri di Prefektur Aichi lebih fokus pada kesuburan secara keseluruhan. Diselenggarakan setiap 15 Maret, festival ini memusatkan perhatian pada patung penis kayu raksasa setinggi dua meter yang diarak dari satu kuil ke kuil lain.

Festival ini merupakan perayaan untuk hasil panen yang melimpah, kesuburan tanah, dan keturunan yang sehat. Orang-orang percaya bahwa dengan ikut serta dalam prosesi ini, mereka akan diberkahi keberuntungan dan kemakmuran. Mirip dengan Kanamara Matsuri, perayaan ini juga dipenuhi makanan dan minuman berbentuk simbol kesuburan, lengkap dengan musik dan tarian tradisional.

5. Namahage – Festival Orang-Orang Jahat dari Gunung

Setiap malam Tahun Baru di wilayah Akita, para pria dewasa akan mengenakan topeng setan menyeramkan dan baju dari jerami, lalu berkeliling desa sambil meneriakkan kata-kata keras. Mereka disebut Namahage, makhluk mitologis yang turun dari gunung untuk menakut-nakuti anak-anak nakal dan menguji moral penduduk desa.

“Apakah ada anak nakal di sini?” adalah kalimat yang sering mereka ucapkan sambil menghampiri rumah warga. Anak-anak menangis ketakutan, dan orang tua akan berjanji bahwa anak mereka akan menjadi lebih baik. Walau terkesan menakutkan, festival ini sebenarnya bertujuan mendidik dan memperkuat nilai-nilai tradisional dalam keluarga.

6. Onda Matsuri – Ritual Menyimulasikan Persetubuhan

Bukan Jepang namanya kalau tak punya festival yang bikin alis terangkat. Onda Matsuri adalah salah satu festival langka yang secara terang-terangan menyimulasikan aktivitas seksual di depan umum—tentu dalam bentuk simbolik dan humoris. Diselenggarakan di Nara, festival ini merupakan bagian dari doa untuk hasil panen yang melimpah.

Aktor mengenakan topeng dan kostum tradisional, lalu memainkan lakon tentang kehidupan petani yang mencakup aktivitas membajak sawah dan berhubungan intim. Adegan ini biasanya disambut gelak tawa penonton, tapi tetap dianggap suci karena niatnya untuk memohon kesuburan.

7. Yamayaki – Membakar Gunung

Salah satu festival spektakuler yang juga unik adalah Yamayaki yang berarti “membakar gunung”. Dilaksanakan di Gunung Wakakusa, Nara, setiap akhir Januari, perayaan ini melibatkan pembakaran padang rumput di lereng gunung. Tujuannya? Ada banyak teori: mulai dari penanda awal musim tanam, ritual pembersihan spiritual, hingga cara lama untuk menyelesaikan sengketa antar kuil.

Apapun alasannya, pemandangan api yang menjalar di lereng gunung disertai kembang api di malam hari memberikan pengalaman visual yang luar biasa. Ribuan orang datang untuk menyaksikan pemandangan langka ini.

8. Sumo untuk Dewi Beras – Festival Otaue

Kalau kamu kira sumo hanya soal olahraga dan kompetisi, maka festival Otaue akan membuatmu berpikir ulang. Di Osaka, petarung sumo dilibatkan dalam ritual penanaman padi, sebagai simbol kekuatan dan perlindungan terhadap hasil pertanian.

Dalam festival ini, sumo berperan sebagai pengusir roh jahat yang bisa mengganggu pertumbuhan tanaman. Setelah itu, prosesi penanaman padi dilakukan dengan tarian dan nyanyian tradisional. Semua elemen ini dirancang untuk menyenangkan para dewa, khususnya Dewi Beras (Inari), agar memberikan hasil panen melimpah.

Penutup

Dari festival yang mengarak penis raksasa hingga pria telanjang berebut tongkat suci, Jepang memang tidak pernah kehabisan cara untuk merayakan budaya dengan cara yang unik dan nyentrik. Di balik semua keanehan itu, ada nilai-nilai penting yang mereka jaga: kesehatan, kesuburan, keberuntungan, dan kebersamaan.

Kalau kamu tertarik menjelajahi sisi lain dari budaya Jepang, festival-festival ini bisa jadi alasan seru untuk berkunjung. Ingat, kadang yang aneh justru menyimpan pelajaran yang tak terduga. Jepang telah membuktikan bahwa tradisi bisa tetap hidup dengan cara yang tak biasa, tapi tetap bermakna.

Post a Comment

0 Comments